Jalan Jalan ke Samarkand

Day 1

Tanggal 30 juni kemarin kami sekeluarga pergi jalan jalan ke Samarkand, Uzbekistan. kebetulan mertua saya datang dan bertepatan dengan libur cuti bersama Idul Adha 2023, sebelumnya kami sempat memikirkan opsi untuk pergi ke Termez, tapi setelah menimbang bahwa mertua baru datang dan pasti masih jet lag, ditambah jarak dari Tashkent ke Termez lumayan jauh dan memakan waktu yang lama walaupun pergi menggunakan kereta, akhirnya kami memutuskan untuk pergi jalan ke Samarkand saja.

Kami berangkat menggunakan kereta api Afrosiyob yang merupakan kereta tercepat di Uzbekistan, dengan kecepatan hingga 210km / jam. Kereta ini beroperasi setiap hari dan melayani rute berikut: Tashkent-Samarkand-Bukhara dan Tashkent-Samarkand-Karshi. Semua gerbong ber-AC dan bebas rokok. Kereta ini memiliki kursi yang nyaman, dan banyak fasilitas lainnya. Kereta ini juga cocok untuk penumpang dengan disabilitas.

Begitu tiba di Samarkand kami langsung dijemput sama shuxrat yg merupakan salah seorang staff di tempat istri saya bekerja, kenapa bisa ? karena sebelumnya dia berangkat duluan menggunakan mobil kami. Alasan pertama adalah biar kami selama di Samarkand bisa menggunakan kendaraan pribadi, dan yang terpenting adalah karena kami tidak dapat tiket kereta untuk pulang ke Tashkent.

Setelah keluar dari stasiun kereta kami langsung menuju ke kompleks pemakaman Amir Temur atau yang biasa disebut dengan Gur e Amir yang jika di translate adalah “tomb of the ruler” atau “tomb of the Emir”. Tempat ini merupakan makam dari tokoh terbesar dari Uzbekistan yaitu Tamerlane atau Amir Timur beserta keluarga dan orang orang terdekatnya. Kompleks Gur e Amir merupakan salah satu tempat tujuan wajib jika berkunjung ke Samarkand, dan karena kami rencananya akan pulang menggunakan mobil, jadi biar tidak bolak balik kami memutuskan untuk kesitu dulu biar keesokan harinya kami bisa jalan ke tempat lain yang searah dengan jalur pulang menuju Tashkent.

Gur e Amir

Foto bersama dulu didepan pintu masuk Gyr e Amir bersama Abah, Mama dan adik. Photo by Yungki with Leica Q2

Didalam Gur e Amir ini banyak warga lokal yang datang untuk berziarah dan berdoa, sedangkan para turis ( kami ) biasanya fokus mengagumi kemegahan interior makam. 

Bagian Kubah dan dinding atas dari interior Gur e Amir. Photo by Yungki with Leica Q2

Di bagian dinding terdapat kaligrafi menggunakan bahasa arab. Photo by Yungki with Leica Q2

Salah satu sudut bangunan dari Gur e Amir. Photo by Yungki with Leica Q2

Suasana di dalam Gur e Amir. Photo by Ika with Ricoh GR III

Salah satu pengunjung lagi melihat suasana dalam makam. Photo by Yungki with Leica Q2

Setelah puas berkeliling dan melihat kompleks Gur e Amir, kami lalu berangkat menuju ke hotel untuk menaruh barang. Lokasi hotel yang kami pilih terletak di belakang Registan Square, dengan tujuan jikalau ada yang ingin jalan jalan ke Registan Square malam hari mereka tidak jalan kaki terlalu jauh, dan salah satu alasan kami memilih hotel ini adalah karena area rooftop hotel memiliki pemandangan langsung ke arah Registan Square.

Duduk santai di area rooftop restaurant dengan view Registan. Photo by Yungki with Leica Q2

Area lain Rooftop dengan view Registan. Photo by Yungki with Leica Q2

Setelah selesai menaruh tas kami lalu bergegas pergi ke Registan dengan berjalan kaki, mumpung suasana sudah sore hari jadi cuaca agak bersahabat untuk jalan kaki dan menikmati suasana di sekitar Registan.

Abah, Mama dan Adik lagi melihat jam matahari. Photo by Yungki with Leica Q2

Istirahat sambil menunggu adik bikin konten untuk IG. Photo by Yungki with Leica Q2

Sambil menunggu yang lain berkeliling melihat pemandangan di salah satu bangunan sayap Registan, mata saya tertarik ke arah pemandangan di tengah taman, ada satu keluarga uzbek yang sedang menikmati sore dan tangan secara refleks mengambil kamera lalu memencet shutter. Untungnya momen yang tertangkap sesuai harapan.

Photo by Yungki with Leica Q2

Setelah itu kami lanjut pindah ke bangunan lainnya yang ternyata merupakan Masjid dalam kompleks Registan.

Suasana dalam masjid untuk area wanita. Photo by Ika with Ricoh GR III

Setelah melihat interior Masjid / Musollah kami lanjut jalan ke area museum.

Suasana dalam museum registan. Photo by Ika with Ricoh GR III

Al Quran yang ditulis oleh kaligrafer Samarkand . Photo by Ika with Ricoh GR III

Rasi bintang yang terletak di plafon salah satu ruangan di museum. Photo by Ika with Ricoh GR III

Setelah tadi saya yang menemukan momen untuk difoto, kali ini giliran Ika yang menemukan momen yang ingin di tangkapnya.

Photo by Ika with Ricoh GR III

Kemudian kami lanjut jalan menuju kearah pintu keluar dikarenakan sudah hendak memasuki waktu Shalat Maghrib, namun di tengah perjalanan saya melihat ada permainan bayangan yang menarik.

Photo by Yungki with Leica Q2


Setelah tiba di pintu utama jangan lupa untuk foto bersama, karena entah kapan lagi bisa kesini bareng dengan keluarga.

Photo by Yungki with Leica Q2

Kami lalu kembali ke hotel untuk mandi, sholat Maghrib lalu di lanjutkan dengan keluar mencari makan malam, kemudian istirahat untuk lanjut ke tujuan berikutnya esok hari.

Day 2

Pagi hari kami mulai dengan sarapan di hotel kemudian lanjut check out, lalu menuju ke destinasi pertama yaitu Masjid Bibi Khanym atau biasa disebut Bibi Khanum. Masjid ini merupakah salah satu masjid terbesar dalam peradaban islam di abad ke 15. Untuk hari kedua ini tidak terlalu banyak foto yang diambil karena lebih fokus menikmati saja, dan juga banyak destinasi yang dilarang untuk mengambil gambar atau video, misalkan Shah-i-Zinda dikarenakan didalam kompleks tersebut ada makam dari sepupu Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang bernama Kusam ibn Abbas.

Behind the scene ketika Ika lagi mengambil foto di Bibi Khanym. Photo by Yungki with Leica Q2

Bermain dengan cahaya di dalam bangunan Bibi Khanym. Photo by Yungki with Leica Q2

Istirahat dulu setelah naik tangga yang lumayan curam di kompleks Shah-i-Zinda. Photo by Ika with Ricoh GR III

Foto bersama di kompleks pemakaman Shah-i-Zinda. Photo by Yungki with Leica Q2

Akhirnya ada juga foto walaupun di candid. Photo by Ika with Ricoh GR III

Setelah dari Shah-i-Zinda kami lalu menuju ke Makam Imam Bukhari yang terletak dipinggir kota Samarkand, namun sayang ternyata masih ditutup karena sedang di renovasi. Akhirnya kami lalu lanjutkan perjalanan pulang ke Tashkent.

Previous
Previous

Jadi fotografer dadakan Wapres